top of page

Peralatan Makan Keramik Cina

  • Writer: Museum Kota Lama
    Museum Kota Lama
  • Oct 11, 2023
  • 2 min read

Updated: Oct 12, 2023

Tarikh: akhir Dinasti Ming (abad17) hingga Dinasti Qing (abad 19-20)


ree
Koleksi Keramik CIna berbentuk mangkok kecil dengan motif berwarna biru berglasir putih. Sumber: Dokumentasi Museum.

Keramik dekorasi biru putih


Keramik Cina dengan dekorasi biru-putih yang diekspor dikenal sebagai Kraak ware atau Keramik Kraak. Istilah tersebut digunakan oleh banyak sejarawan barat dalam mendefinisikan Keramik Cina dengan dekorasi biru putih yang diproduksi untuk pasar internasional sejak akhir abad 16 M atau sekitar tahun 1650-an. Selain itu, keramik-keramik tersebut dikenal juga sebagai “keramik transisional”, istilah tersebut digunakan untuk beberapa keramik spesifik pada masa interregnum Cina yaitu pada akhir Dinasti Ming sekitar tahun 1683, ketika produksi keramik dimulai lagi di Jingdezhen pada masa pemerintahan Kaisar Kangxi (1662-1722) pada masa awal Dinasti Qing.Istilah lain berasal dari Jepang yaitu ko-sometsuke (yang secara harfiah berarti ‘biru-putih tua’) merupakan keramik yang diproduksi untuk pasar Jepang pada masa pemerintahan Kaisar Tiangqi (1621-1627) dan Kaisar Chongzhen (1628-1644). Bentuknya yang tidak terlalu mengikuti pasar barat sangat lazim digunakan untuk upacara minum teh di Jepang.


ree
Fragmen keramik sendok sup dengan motif floral berwarna biru dan berglasir. Sumber: Dokumentasi Museum.

Kraakware atau Keramik Kraak berasal dari Bahasa Belanda Kraakporseleinen atau Kraekporseleyn yang diambil dari kata kraak (Bahasa Portugis) yang berarti Kapal Carrack. Kapal tersebut merupakan kapal dagang yang digunakan di Asia untuk pengiriman barang ke Eropa. Kraakware sangat digemari oleh orang-orang Eropa dan barat pada awal abad 17, hal ini terlihat secara berulang pada lukisan-lukisan Belanda pada awal abad 17 yang kemudian nantinya disalin di Delft untuk diproduksi sebagai keramik Delft.



Salah satu ciri khas dari Keramik Kraak adalah kebanyakan merupakan keramik untuk peralatan makan, umumnya bermotif biru kobalt yang diaplikasikan dibawah glasir dengan glasiran yang tipis tidak retak serta transparan, dan pada bagian tepian keramik cenderung mudah pecah. Proses pengglasiran yang tipis menyebabkan kandungan slak besi pada campuran tanah liat dapat meletup pada saat proses pembakaran dan terkelupas. Istilah art-historical disebut sebagai moth-eaten edges. Lapisan glasir yang tipis membuat pinggiran keramik menjadi cacat sehingga dalam perspektif masyarakat Cina tidak lazim digunakan sebagai peralatan makan.


Keramik Cina sebagai peralatan makan

Fragmen keramik yang ditemukan dalam kegiatan ekskavasi Balai Arkeologi DIY dari tahun 2009-2018, menunjukkan fungsi keperluan sehari-hari. Fragmen keramik tersebut adalah fragmen keramik bagian dasar mangkok, fragmen mulut sendok, dan fragmen tangkai sendok. Berdasarkan tipologi dan motifnya, fragmen keramik tersebut masuk dalam jenis keramik Dinasti Qing (abad 19-20 M). Hal tersebut dapat dilihat dari motifnya yang diaplikasikan sebelum proses pengglasiran dengan warna biru-putih.


Wadah keramik di Cina umumnya dibagi menjadi dua tipe utama: pertama berfungsi sebagai penggunaan sehari-hari dan kedua sebagai fungsi estetika atau dekoratif. Keramik yang digunakan untuk keperluan harian dibagi lagi menjadi tiga kategori. Pertama, peralatan makan seperti: wadah kecil, mangkok dengan berbagai ukuran, cangkir, bejana, dan belanga. Kedua, keperluan rumah tangga seperti: kursi keramik, hiasan dinding, tempat lilin, tempat pembakaran dupa, patung dan vas. Terakhir, yang terkait dengan keperluan tulis menulis seperti: wadah kuas, wadah air untuk kuas, dan wadah tinta.


Keramik Cina umumnya digunakan oleh peralatan makan oleh para aristokrat Belanda sejak abad 16 M. Namun, semenjak produksi keramik Cina dan impor ke wilayah Hindia Belanda semakin masif pada abad-17 M, keramik-keramik Cina lazim digunakan oleh masyarakat Hindia Belanda sebagai peralatan makan.




 
 
 

Comments


bottom of page