top of page

Fragmen Pipa Gouda

  • Writer: Museum Kota Lama
    Museum Kota Lama
  • Oct 10, 2023
  • 5 min read

Updated: Oct 15, 2023

Tarikh: 1600an - 1900an (Abad 16 - 18 Masehi)


ree
Enam individu yang berbeda dari temuan fragmen Pipa Gouda/ Clay Tobacco Pipe. Sebelah kiri merupakan Tobacco Bowl atau "Stummel"; sebelah kanan fragmen bagian tangkai atau "Stem". Sumber: Dokumentasi Museum.

Fragmen pipa gouda yang merupakan hasil dari ekskavasi yang dilakukan oleh Balai Arkeologi Yogyakarta pada tahun 2011-2012 di lokus Kawasan Kota Lama Semarang. Berdasarkan identifikasi yang telah dilakukan, fragmen-fragmen tersebut terdiri dari 6 (enam) individu yang berbeda-beda, dan terdiri dari 1 (satu) bagian Tobacco Chamber atau biasa disebut dengan Stummel, dan 5 (lima) bagian tangkai pipa atau biasa disebut dengan Stem.


Fragmen Tobacco Bowl/ Stummel memiliki dimensi panjang 4,2 cm, dengan diameter terluar dan terluas 2,5 cm, serta diameter bagian yang dekat dengan tangkai pipa kurang lebih 1,5 cm. Sementara itu fragmen bagian tangkai pipa atau stem bervariasi dengan panjang antara 2,5 cm untuk individu yang terkecil dan 4,6 cm untuk individu yang terpanjang. Terkait dengan diameter dari ke-lima fragmen stem tersebut, empat dari fragmen yang ada memiliki diameter yang sama yakni 0,6 cm, sementara salah satu fragmen stem dengan dimensi tertebal memiliki diameter 0,8 cm.


Pipa Gouda merupakan salah satu alat yang digunakan untuk mengkonsumsi tembakau dengan cara dibakar dan dihisap (merokok/ smoking), jauh sebelum sigaret diproduksi dan mulai dipasarkan secara masal (kisaran akhir abad ke-19). Nama Gouda merujuk pada salah satu nama kota produsen pipa tanah liat (clay pipe) di Belanda yang terkenal akan kualitasnya pada kisaran abad 17 - 18 Masehi. Meskipun demikian, keberadaan Pipa Gouda di Belanda tidak terlepas dari peran pada misionaris dan mercenaries/ soldier-of-fortune (tentara bayaran) Inggris yang membawa pengaruh dan pengetahuan pembuatan pipa tanah liat ke Belanda pada tahun awal tahun 1600-an (abad ke-17).


Kisaran tahun 1610, penghasil pipa tembakau pertama di Belanda secara perlahan muncul di daerah Amsterdam, dan Leiden, meskipun hanya merupakan perusahaan keluarga kecil. Beberapa dekade berselang, industri pipa tanah liat semakin marak dan tersebar sampai ke Gouda, Enkhuizen, Rotterdam, Delft, dan Schoonhoven. Sampai pada pertengahan tahun 1640-an, semakin banyak daerah yang ikut terjun dalam industri pipa tanah liat, yang diantaranya adalah Zwolle, Deventer dan Middelburg, Gronigen serta Maatsricht. Namun diantara semua kota penghasil pipa tanah liat tersebut, nama Gouda menjadi satu-satunya yang paling dikenal.


Dating atau Angka Tahun:

Terkait dengan pentarihkan atau angka tahun (dating) dari objek, berdasarkan perbandingan dari tipologi pipa-pipa tanah liat (clay pipe) yang diproduksi di Belanda, besar kemungkinan fragmen pipa Gouda terdisplay diperkirakan dibuat pada kisaran tahun 1680-1710 atau kisaran 1700-1710 (lihat gambar di bawah untuk tipologi dan gaya dari pipa Gouda dari tahun 1600-1820). Kendati demikian, angka tahun yang diprediksikan merupakan angka tahun relatif yang muncul dari hasil komparasi bentuk umum dari bagian stummel. Hal ini dikarenakan kondisi obyek yang tidak utuh, serta hilangnya bagian Heel-marks atau cap yang lazim dijumpai pada bagian bawah stummel, yang umumnya menunjukkan di mana pipa tersebut dan oleh firma apa pipa tersebut diproduksi.

ree
Tipologi dan ciri khas Pipa “Gouda” dari tahun 1600-1820. Sumber: https://dutchpipesmoker.com/tag/gouda-pipes/

ree
(A) Fragmen bagian “stummel” dari pipa Gouda yang menjadi koleksi museum; (B) temuan fragmen “stummel” pipa tanah liat yang ditemukan di Kota Nijmegen, Belanda Timur. Sumber: (A) Dokumentasi pribadi; (B) https://www.claypipes.nl/productie-centra/oost-nederland/

Berdasarkan pengamatan secara sepintas, fragmen stummel yang ter-display pada museum diperkirakan memilki kesamaan bentuk dengan fragmen yang ada pada gambar. Terlihat dari sudut perpotongan antara bagian stummel dengan stem yang sama dan bagian bawah yang cenderung cembung sementara bagian atas dari stummel memiliki sudut yang sama. Sehingga diperkirakan fragmen Gouda koleksi museum menggunakan cetakan yang sama dan besar kemungkinan diproduksi di lokasi yang sama. Meskipun demikian, perlu dilakukan kajian lebih mendalam lagi dan komparasi dengan sampel-sampel fragmen clay pipe lain untuk mendapatkan hipotesa terkait angka tahun, dan di mana pipa tersebut sekiranya diproduksi.


Teknologi dan Proses Pembuatan Pipa Tanah Liat/ Pipa Gouda:

Menyoal pembuatannya, pipa Gouda atau pipa tanah liat kebanyakan diproduksi dengan proses hand-made dan menggunakan bahan dasar tanah liat putih yang telah dipanggang sebagai bahan dasarnya. Proses yang paling pertama dilalui adalah pemisahan kontaminasi bahan lain yang ada dalam tanah liat putih; proses ini disebut dengan zoken, dari proses ini kemudian menghasilkan muis atau bahan tanah liat putih yang selanjutnya akan disesuaikan sesuai kebutuhan.

ree
Proses pembentukkan "muis" dengan cara digulung di atas "rollenbank". Sumber: Walker, Iain C. (1971) "The Manufacture of Dutch Clay Tobacco-Pipes,"Northeast Historical Archaeology: Vol. 1 1, Article 2..hlm 7

Langkah selanjutnya pembuat pipa (pipe-maker) akan meletakkan muis tersebut di atas rollenbank/ rollerbench atau semacam talenan untuk menggulung muis sampai membentuk semacam gumpalan pada bagian ujungnya (bosjes rollen), dengan ukuran yang disesuaikan dengan ukuran cetakan pipa yang akan digunakan.

ree
Proses pembuatan lubang penghubung/ "smoking-channel". Sumber: Walker, Iain C. (1971) "The Manufacture of Dutch Clay Tobacco-Pipes,"Northeast Historical Archaeology: Vol. 1 1, Article 2..hlm 7

Sebelum memasukki proses pengeringan, biasanya pembuat pipa akan membuat lubang yang menghubungkan bagian stummel dengan stem hingga pada bagian mouth-piece pipa yang biasa disebut dengan smoking-channel. Proses ini menggunakan alat yang disebut dengan weijer (semacam jarum besi atau peniti yang umumnya dilengkapi dengan handel). Proses pembuatan lubang atau smoking-channel tidak dengan menusukkan weijer ke tanah liat, melainkan tanah liat didorong di atas weijer yang telah dilumuri pelumas sebelumnya sampai membentuk lubang penghubung.


ree
Cetakan pipa tanah liat yang dibuka. Kedua bagian dipisahkan dan pipa muncul sepenuhnya. terlihat terdapat wire yang masih menancap agar lubang penghubung tidak tertutup saat proses molding. Di sebelah kiri, pipa yang siap untuk "diatur waktu penjemurannya". Sumber: Fragment uit tijdschriftartikelen over pijpmakerrij uit 30-er jaren.

Setelah lubang penghubung terbentuk, pipa tanah liat yang sudah dibentuk sebelumnya dimasukkan ke dalam cetakan pipa (cetakan ini disebut dengan bipartite vorm atau pipe-mold; umumnya merupakan cetakan dua-sisi dan terbuat dari perunggu) yang telah diolesi oleh pelumas atau minyak. Kemudian cetakan yang berisi pipa tanah ditutup dan ditempatkan pada bench-vice untuk ditekan sampai pipa tanah liat di dalamnya memiliki bentuk sesuai dengan cetakan. Langkah selanjutnya adalah melubangi ulang bagian stummel menggukan logam berbentuk kerucut (“stopper”) yang telah diberi pelumas, dengan cara didorong berulang-ulang pada bukan cetakan pipa untuk membentuk Tobacco bowl. Akhir dari tahap ini adalah mengurangi sisa-sisa tanah liat dari proses pressing-mold dan pembentukan tobacco bowl.


Proses berlanjut ketika cetakan pipa tersebut dibuka, dan pipa tanah liat yang sudah terbentuk diangkat secara perlahan dan hati-hati, terutama ketika mengangkat bagian tobacco bowl. Kemudian weijer juga dikeluarkan secara perlahan, sebelum menambahkan merek dagang atau inisial dari pembuat pipa pada bagian bawah tobacco bowl. Setelah itu pipa akan dikeringkan antara 3 hari sampai dengan 1 minggu.


Setelah proses pengeringan selesai. Pipa-pipa akan dimasukkan ke dalam oven dan dipanggang dengan suhu maksimum 1050˚C, dan ketika proses pemanggangan selesai umumnya akan dilakukan pelapisan glasir atau pengecatan jika diperlukan, dan apabila diaplikasikan glasir serta ornament, maka proses pemanggangan akan dilakukan lagi.


Penggunaan Pipa Tanah Liat/ Pipa Gouda di Jawa:

Penggunaan pipa tembakau di Jawa mencapai titik kulminasinya pada abad ke-17 hingga 18 (1600 akhir hingga 1760an), ketika pipa baik yang berbahan dasar keramik maupun kayu banyak digunakan oleh masyarakat di Jawa (tidak hanya oleh golongan Eropa, dan aristokratik Jawa saja). Bersamaan dengan kejayaan pipa tembakau, sejak awal tahun 1658, ketika sigaret lokal mulai muncul (dikenal dengan "bungkus" atau "klobot" yang terdiri dari tembakau Jawa yang dibungkus dengan daun pisang atau daun jagung kering), mengakibatkan penggunaan pipa semakin menurun pada kisaran abad ke-18.


Anthony Reid (1985) dalam Kronik Kartasura, menyatakan bahwa tembakau pertama kali diperkenalkan di tengah masyarakat Jawa Tengah pada tahun Saka 1523 atau dalam sistem pertanggalan masehi pada kisaran tahun 1601-1602, dan diperkenalkan dengan cara dibakar (merokok) menggunakan pipa yang panjang layaknya orang-orang Eropa yang fashionable. Dalam catatan Van Goens (1956: 257), digambarkan bahwa Amangkurat I (1646-1677) dari Mataram, ketika keluar dari istana biasanya akan ditemani oleh 30 wanita muda; dari wanita-wanita tersebut salah seorang membawakan pipa dan tembakaunya, kemudian terdapat satu wanita lagi yang membawa korek untuk menyalakan dan membakar tembakau dalam pipa tersebut, serta terdapat pula satu wanita lagi yang membawakan set mengingang milik sang raja.


Pada perkembangannya, pipa poselen dan pipa kayu mulai ditinggalkan, kemunculan produk tembakau berupa sigaret (bungkus, atau di Jawa lebih dikenal dengan nama klobot) pada kisaran abad ke-18 secara tidak langsung berkontribusi dalam menurunnya tren merokok menggunakan pipa. Akhir abad 19 Masehi, gencarnya laju modernitas yang bahkan sampai ke tataran lifestyle memunculkan budaya konsumsi cigar/ cerutu dan sigaret import, mengakibatkan klobot dianggap kuno atau sama dengan betel/ kinang.


Tahun 1924 menjadi tahun awal muncul pabrik rokok lokal dengan produk gaya blend tembakau international atau lebih dikenal dengan istilah “rokok putih/ putihan” yang diproduksi oleh British American Tobacco (B.A.T) dengan pabrik di Cirebon, dan tidak lama berselang didirikan juga pabrik B.A.T di Semarang.


Keberadaan Pipa Gouda menandakan aktivitas konsumsi tembakau yang dibawa oleh orang-orang Eropa di Jawa, lebih spesifiknya Semarang; serta secara tidak langsung menunjukkan signifikansi posisi Semarang sebagai kota pelabuhan dan wilayah transit yang penting dalam distribusi komoditas tembakau di Vorstenlanden untuk selanjutnya di-eksport ke Eropa pada masa pendudukan VOC (1600-1799) dan masa Kolonial Belanda (1800-1940).




 
 
 

Comments


bottom of page