Fragmen Keramik Dinasti Qing
- Museum Kota Lama
- Sep 29, 2023
- 2 min read
Updated: Sep 30, 2023
Tarikh: Abad 19 Masehi

Sebuah fragment porcelain-ware berupa piring yang ditemukan pada saat penggalian situs Bubakan. Fragmen ini diperkirakan berasal dari masa akhir Dinasti Qing (abad 19 Masehi), dugaan terkait dengan tarikh tersebut dikarenakan ciri khas porcelain-ware/ keramik Qing yang menonjol, antara lain: berbahan dasar tanah liat dengan warna cokelat yang terlihat dari sisi potongan badan keramik dengan lapisan putih; dan ciri yang paling menonjol terdapat pada sisi dalam bagian badan piring dimana terdapat motif hias berupa pola radial bergelombang yang digambarkan menggunakan kobalt di bawah lapisan glasir.
Informasi tambahan:
Porcelain-ware berupa piring ini diperkirakan diproduksi di Kota Pengcheng, Kabupaten Ci, Provinsi Hebei pada akhir masa dinasti Qing. Berbeda dengan karakteristik dari tipe porcelain-ware pada awal dinasti Qing dengan desain hitam-putih, tren porselen biru-putih pada masa akhir dinasti Qing berusaha meniru porselein biru-putih Jingdezhen yang merupakan simbol kekasisaran Tiongkok dari masa akhir dinasti Ming.
Upaya tersebut dapat diasumsikan sebagai salah satu upaya mengambil alih kembali monopoli porcelain-ware oleh Kekasisaran Qing, paska absennya produk-produk Jingdezhen di pasar Asia-Tenggara akibat diterapkannya kebijakan pembatasan ekspor keramik pada masa Dinasti Ming; tepatnya pada masa pemerintahan Kaisar Taizu (1386-1398), Kaisar Chengzu (1402-1424) dan Kaisar Xuanzong (1426-1435).

Pertimbangan yang melatarbelakangi penerapan kebijakan tersebut salah satunya adalah Kekaisaran Ming khawatir dengan produksi masal porselen dan mengeskpor dalam jumlah yang masif akan mengurangi value dari porselen yang menjadi salah satu produk andalan Tiongkok pada waktu itu.
Alih-alih menjaga value agar tetap tinggi, kaisar-kaisar dinasti Ming justru memperketat lagi dengan menerapkan peraturan yang justru mengikat dan mengakibatkan absennya keramik Tiongkok di Asia-Tenggara dan mungkin Eropa pada kisaran abad 14-15 Masehi. Sehingga mengakibatkan produk keramik/ porcelain-ware di wilayah Vietnam, Thailand, dan Jepang menjadi alternative bagi wilayah lain untuk membeli produk keramik, terlebih lagi mengakibatkan persebaran keramik putih-biru Ming tidak terlalu banyak di Indonesia.
Selepas kejatuhan Dinasi Ming, dan digantikan dengan dinasti Qing, agaknya kondisi ini tidak berubah. Hal ini dikarenakan dinasti yang baru juga menerapkan pembatasan aktivitas perdagangan dan aktivitas maritim akibat perlawanan dari bangsa Manchuria di bawah komande Zheng Chenggong (1624-1662). Tiongkok baru menghapuskan regulasi ini dan melebarkan cakupan ekspor keramiknya pada kisaran tahun 1683-1684.
Comments