Sejarah singkat Pers di Hindia-Belanda
- Museum Kota Lama
- Sep 3, 2023
- 4 min read
Updated: Dec 30, 2023
1809 - 1820

"Landsdrukkerij atau Percetakan Pemerintah di Batavia"
Sumber: KITLV, circa 1880
Sejarah Pers di Hindia-Belanda dimulai pada masa interregnum Perancis pasca dikuasainya Belanda oleh rezim Louis Napoleon yang juga berimbas pada segala lini tatanan yang ada di tanah koloni Hindia-Belanda.
Menyoal keberadaan mula-mula surat kabar harian di Hindia-Timur, Womster (1941: 6-8) mengatakan bahwa kemunculan embrio pers dan surat kabar berkaitan dengan kedatangan bangsa Belanda dan masa pendudukan VOC. Embrio koran atau surat kabar Hindia pertama kali muncul dalam bentuk surat atau lembaran berita yang ditulis tangan pada kisaran tahun 1615- 1617— bernama “Memorie der Nouvelles”, yang diterbitkan atas perintah dari seorang “Direktur Jenderal atas Semua Kantor Perdagangan di Hindia” Jan Pietersz. Coen.
Mengingat VOC belum memiliki mesin percetakan, menjadikan realisasi lembar berita terbatas. Sehingga Memorie der Nouvelles masih sangat sederhana, menggunakan kertas folio empat halaman, dan memuat berita ringkas mengenai aktivitas perdangangan, serta kedatangan maupun keberangkatan kapal niaga, baik di Batavia maupun di berbagai pos-pos perdagangan (factorijen) milik VOC. Sirkulasi Memorie der Nouvelles tidaklah luas, mengingat dikarenakan keterbatasan sarana, sehingga sirkulasi surat kabar hanya berputar di kalangan internal; pejabat dan pengawai VOC saja dan harus melalui proses sensor yang cukup ketat di kantor sekretariat.
Kesadaran akan pentingnya percetakan/ penerbitan semakin terbangun ketika VOC di bawah masa pemerintahan Gubernur Jenderal Gustaaf Willem Baron van Imhoff (1743-1750). Kendati beberapa catatan Belanda menyatakan bahwa Imhoff merupakan wajah gubernur-jenderal yang “liberal” dan “pencerah” serta “manusia yang berbudaya” dengan serangkaian kebijakan yang bersifat menghapus gambaran serta stigma korup pada tubuh Kompeni, namun agaknya karakteristik dari sifat monopolistik nampak secara jelas.
Karakter liberal gubernur-jenderal yang tengah menjabat menarik perhatian salah satu personil VOC, Jan Erdman Jordens, seorang onderkoopman (pedagang yang terafiliasi/ personil VOC) yang menafsirkan bahwa karakter gubernur-jendral yang tercermin dari kebijkan-kebijakan yang diambil sebagai suatu keterbukaan terhadap ide-ide baru. Jan Erdman Jordens kemudian berinisiatif untuk menerbitkan suatu media pemberitaan dengan visi dapat menjadi medium atau sarana komunikasi di antara pejabat dan awak VOC, maupun dengan publik Hindia-Timur secara luas. Konsep yang diusung oleh Jordens agaknya lebih lengkap ketimbang Memorie yang digagas oleh J. P. Coen sebelumnya; dengan proyeksi media cetak yang baru ini akan memiliki bentuk sebagai surat kabar atau semacam koran dengan peredaran yang cukup luas.
7 Agustus 1744 - Setelah mendapat restu dari Gubernur-Jenderal, Jordens menerbitkan edisi perdana surat kabarnya yang bernama Bataviasche Nouvelles en Politique Raisonnementen atau biasa disebut dengan Bataviasche Nouvelles. Surat kabar yang baru saja diterbitkan ini memiliki bentuk yang sederhana, dengan ukuran yang sedikit lebih besar daripada folio yang sebelumnya digunakan oleh Memorie Nouvelles, terdiri dari empat halaman, dan dicetak dalam layout dua kolom layaknya newsletter/ builetin yang dalam media cetak sekarang dan terbit secara berkala mingguan.

"Bataviaasche Nouvelles, edisi 19 Oktober 1744."
Sumber: Delpher. url: https://www.delpher.nl/nl/kranten/view?coll=ddd&identifier=ddd:010728185:mpeg21:p001
Menyoal substansi dari Bataviasche Nouvelles tidak jauh berbeda dari Memorie, yakni seputar informasi tentang ketentuan administrasi VOC, berita-berita tentang perdagangan, kedatangan kapal, pengangkatan dan pemberhentian pejabat VOC; juga pemecatan dan kematian pegawai kompeni. Selain itu, Bataviasche Nouvelles juga merupakan entitas media massa yang dapat dilihat dari sebagian besar halaman dalam surat kabar mingguan tersebut memuat iklan serta berita lelang, dan pada beberapa edisik khusus, surat kabar mingguan itu juga memuat karangan atau risalah tentang sejarah awal koloni, serta sejarah gereja secara singkat.
20 November 1745 - De Heeren XVII mengirim surat kepada G. W. Baron van Imhoff yang berisi permintaan— atau mungkin perintah, untuk menghentikan serta melarang pencetakan dan peredaran Bataviasche Nouvelles, dengan pertimbangan bahwa surat kabar tersebut dipandang “berpotensi membahayakan negeri”.
Gubernur-Jenderal van Imhoff dan Jordens tentu sangat terkejut ketika membaca surat tersebut, mengingat Jorderns tidak pernah memberitakan sesuatu yang sifatnya “berbahaya”, selain itu van Imhoff juga telah membentuk komisi sensor yang cukup ketat sehingga permintaan atau perintah penutupan Bataviasche Nouvelles dianggap tidak masuk akal. Meskipun merasa keberatan dengan keputusan dari De Heeren XVII, Imhoff dengan pengetahuan liberal serta terbuka dan khususnya Jordens yang merintis Bataviasche Nouvelles dengan susah payah harus tunduk pada perintah atasan di tingkat pusat.
20 Juni 1746 - Bataviasche Nouvelles resmi ditutup, dan tidak lagi menemani sarapan pagi orang-orang Eropa di tanah koloni.
22 November 1809 - Penguasaan Perancis melalui Willem Daendels di Hindia-Belanda berusaha membentuk sistem birokrasi yang modern serta efektivitas dari struktur administrasi. 22 November 1809, regulasi pemerintah mengenai precetakan tengah disusun, regulasi inilah yang kemudian menjadi landasan bagi surat kabar resmi. Pada tahun yang sama, Daendels mendirikan Landsdrukkerij atau Percetakan Pemerintah.
5 Januari 1810 - Surat kabar mingguan pertama diterbitkan di Batavia; Bataviasche Koloniale Courant (Koran Kolonial Batavia) yang berpusat di Batavia. Sirkulasi surat kabar Bataviasche Koloniale Courant hanya bertahan selama satu setengah tahun karena Inggris mengambil alih Jawa pada bulan Agustus 1811.

Bataviasche Koloniale Courant, Jumat 5 Agustus 1810
sumber: arsip "Poestaha Depok" http://poestahadepok.blogspot.com/2017/06/daftar-panjang-surat-kabar-di-indonesia.html
Masa interregnum Inggris (1811-1816):
Salah satu tokoh liberal Inggris; Thomas Stamford Raffles yang memimpin interregnum Inggris memulai surat [kabar] resmi administrasinya; the Java Government Gazzete (Lembaran Pemerintah Jawa) yang pertama kali diterbitkan pada 29 Februari 1812. Selain memuat informasi terkait dengan pengumunan resmi dari pemerintah, surat-surat keputusan serta regulasi-regulasi pemerintah, gazette (lembaran pemerintah) ini juga memuat tentang catatan panjang tentang perang di Eropa. Melalui gazette inilah pembaca berkebangsaan Belanda yang tinggal di Jawa dapat mengetahui kabar tentang kejatuhan Napoleon pada April 1814, yang mana juga membawa harapan bagi warga Belanda untuk dapat terlepas dari penguasaan Inggris secepatnya. Selepas Inggris menyerahkan kembali kekuasaan Jawa ke Belanda pada tahun 1816, gazzete ini pun secara alamiah tidak ada lagi dan tidak diteruskan.

Java Government Gazette, edisi Sabtu, 29 Februari 1812.
sumber: Nederlandstalige periodieken tot aanvang Koninkrijk der Nederlanden.
Pasca dikembalikannya Jawa ke kekuasaan Pemerintah Tinggi Belanda:
Agustus 1816 - Pemerintahan Belanda baru yang ada di Jawa memulai Bataviasche Courant (Koran Batavia).
1828 - Bataviasche Courant berubah nama menjadi Javasche Courant.

Javasche Courant, edisi Sabtu, 22 Maret 1828.
Sumber: berbagai sumber internet https://www.goodnewsfromindonesia.id/uploads/images/2021/06/0309492021-javasche-courant.jpg
Surat kabar resmi pemerintah tersebut memiliki ruang sirkulasi yang relatif kecil, hal ini disebabkan oleh terbatasnya peralatan serta bahan untuk melakukan aktivitas percetakan, sehingga keberadaan perusahaan swasta yang mendireksi surat kabar bisa dikatakan nihil pada periode 1814-1820an; mesin cetak hampir secara eksklusif hanya dimiliki oleh pemerintah. Selain kelangkaan tenaga ahli dalam penyetelan cetakan, sepinya peminat surat kabar cetak pada masa itu menjadikan kehadiran media massa cetak dirasa masih belum diperlukan oleh masyarakat.
Kondisi tersebut mulai berubah pada medio 1820an ketika aktivitas perdagangan mencapai titik kulminasinya; pedagang memerlukan informasi terkait sumber daya ekonomi dan ketersediaan barang dagangan di Jawa. Atas dasar kebutuhan tersebut, surat kabar yang berorientasi pada iklan komersial perdagangan mulai bermunculan. Salah satu yang ada di Semarang adalah Semarangsche Advertentieblad (Koran Iklan Semarang) yang mulai terbit pada tahun 1845.