top of page

Jepang menguasai Semarang

  • Writer: Museum Kota Lama
    Museum Kota Lama
  • Jul 27, 2023
  • 2 min read

Updated: Oct 22, 2023

1942


ree

Bom yang dijatuhkan oleh pesawat Jepang mengenai kapal perang Belanda pada saat Pertempuran Laut Jawa.

Source: Wikimedia Commons, 1942



Semarang dikuasai oleh Jepang. Orang-orang Eropa ditahan oleh militer Jepang di kamp-kamp pengasingan yang tersebar di seluruh Semarang.


Peristiwa sebelumnya:

27-28 Februari 1942 – Pertempuran Laut Jawa terjadi; Helfrich, Conrad Emile Lambert seorang wakil Laksamana Angkatan Laut Belanda dan Pimpinan Tinggi dari Pasukan Laut ABDA memberikan perintah kepada pasukan “Combined Striking Force” dibawah pimpinan Laksamana K.W.F.M Doorman sebagai perbantuan perang yang terjadi di Laut Jawa. Selama 2 hari, tepatnya pada tanggal 27-28 Februari 1942, pasukan Doorman bertempur melawan pasukan udara Jepang berakhir kematian Laksamana Doorman dan kekalahan pasukan “Combined Striking Force”.


1 Maret 1942 – Pasukan Jepang mulai mendarat di Jawa; Imamura Hitoshi, Letnan-Jenderal memerintahkan pasukan militer ke-16 Jepang untuk mendarat di Jawa pada tanggal 1 Maret 1942. Pendaratan oleh pasukan utama di dekat Tanjung Awuran dan Merak; Detasemen Shoji mendarat di sekitar Eretan-wetan (sekarang Kabupaten Indramayu); Divisi ke-48 dan Detasemen Sakaguchi mendarat di sekitar Kragan. Pada malam harinya, pasukan utama dapat menguasai Kali Ciujung; Detasemen Shoji di Bandara Kalijati; Detasemen Sakaguchi di sekitar Blora. Mereka menghabisi pasukan lain yang mencoba menentang di wilayah-wilayah tersebut.


7 Maret 1942 – Pasukan Jepang menduduki Semarang; Boissevain, Walikota Semarang pada saat itu memberikan pemberitahuan kepada seluruh masyarakat Semarang bahwa Kota Semarang telah diduduki oleh pasukan Jepang. Pukul 9 pagi, dilakukan pertemuan antara Pemerintah Kota Semarang dengan komandan pasukan Jepang. Polisi kota tidak akan dilucuti tetapi diberi ban lengan putih dengan huruf Jepang sebagai tanda bahwa mereka juga diakui oleh pasukan Jepang.


8-9 Maret 1942 – Setelah invasi dari pasukan Jepang di Jawa, Pemerintah Belanda diminta untuk menyerah. Imamura Hitoshi sebagai pemimpin pasukan ke-16 Jepang meminta Gubernur Jenderal Hindia Belanda untuk segera menyerah. Tjarda, selaku Gubernur Jenderal menyatakan bahwa beliau tidak memiliki kapasitas atau kuasa untuk menandatangani perjanjian sebagai perwakilan Pasukan Sekutu. Beliau menyarankan Imamura untuk menyampaikan hal tersebut kepada Ratu Belanda kemudian dilanjutkan dengan Ter Poorten, sebagai pemimpin Pasukan Militer Khusus Hindia Belanda. Kemudian Ter Poorten menandatangi perjanjian tersebut, kekuasaan Hindia Belanda terutama Jawa kemudian berpindah dari Pemerintah Belanda ke Jepang.


19 Maret 1942 Pasukan divisi terakhir Jepang datang ke Semarang; Seluruh anggota Garda Kota (Stadswacht) dan polisi Kota Semarang dikumpulkan di Societeit de Harmonie pada pukul 11 pagi untuk menghadiri pembubaran resmi Garda Kota. Setelah acara tersebut, seluruh anggota Garda Kota dan polisi diinternir sebagai tawanan perang. Mereka dibawa menuju penjara Djoernatan.

Beberapa dari tawanan perang tersebut kemudian dipindahkan dan dipaksa bekerja untuk membersihkan serta membangun ulang lapangan terbang Kali Banteng setelah kerusakan akibat perang di bulan Maret. Selain itu beberapa tawanan yang kemudian menjadi tentara dan polisi Jepang dibebaskan untuk kembali ke Dinas Jepang (Japansche Dienst). Tawanan yang tersisa dipekerjakan di kamp internir Djatingaleh.


20 Juli 1942 – Gelombang penginterniran terakhir di Semarang; Pada tanggal 20 Juli 1942 dan hari-hari berikutnya, Letnan Jenderal Imamura Hitoshi melakukan penginterniran pejabat dan tokoh-tokoh Belanda di seluruh Jawa, mayoritas dari mereka ditempatkan di kamp Djatingaleh; salah satunya adalah walikota Semarang, Boissevain.




 
 

Recent Posts

See All

© 2035 by Joop. Powered and secured by Wix

bottom of page